"Mbak, kenapa sepertinya Alloh gak adil pada keluargaku?? Kami dapet kesusahan yang berturut-turut, tak kunjung selesai".
Penggalan SMS dari adekku. Adek yang sebenarnya kukenal secara kebetulan. Waktu itu selepas kajian bahasa arab di kampus, seorang temen ikhwan minta tolong agar aku membantu adek tersebut yang kebetulan sedang mencari buku USM kampusku. Karena ada temen kontrakanku yang anggota Kopma, jadilah ku ajak adek tsb (dy sama ayahnya) jalan ke kontrakanku. Selama perjalanan kampus-kontrakan terjadi obrolan hangat seputar STIS, tips dan trik bagaimana menghadapi ujian masuk, dan sedikit perkenalan.
Adek itu namanya........*gak usah disebutin deh ya, belum minta ijin klo namanya mw di publish, hehe.
Dia dan ortunya berharap banget bisa ketrima di STIS karena kondisi ekonomi yang sedang tidak sehat, jauh berbeda dengan beberapa waktu sebelumnya. Setelah pertemuan itu, interaksi berlanjut di hari2 berikutnya, lewat sms tentunya. Bahkan dia udh berani curhat ke aku, tentang kondisi ekonomi keluarganya, tentang sekolah, tentang gagalnya ia mengikuti ujian SMPTN sehingga membuat mamanya menangis, dan tentang harapan-harapannya. Dia sangat berharap bisa diterima di STIS dan ketemu lagi denganku. Dia bilang seandainya bisa masuk ke STIS dia akan berjilbab. Subhanalloh,,seketika itu aku berdo'a dan mengamini harapannya itu.
Ketika tiba waktu mndekati ujian STIS aku nawarin agar dia bermalam di tempatku biar gak terburu-buru karena memang jarak rumahnya jauh dari kampusku ini. Awalnya ia merasa gak enak karena khawatir merepotkan dsb, dan lagi, ia bareng sama dua orang temennya. Alhamdulillah, pikirku. Semakin bertambah ladang ibadah buatku, insyaAlloh.
Dan ternyata Alloh punya rencana lain yg pasti kuyakin itu yg terbaik. Ia gak lolos ujian tahap pertama. Kekecewaan sepertinya bener2 ia rasakan begitu mendalam, sampai2 dia menganggap kalau Alloh itu gak adil, seperti kata2 di SMSnya. Hmm..aku hanya bisa memberikan sedikit motivai, menasehati dan terus menasehatinya.
Belakangan aku tau kalo dia juga ikut daftar di STKS. Harapannya masih sama seperti ketika ia mendaftar di STIS.
Ya Alloh, hamba mohon padaMu, jika diterimanya ia di STKS bisa menjadi jalan baginya untuk lebih dekat denganMu, kabulkanlah doa kami. Sungguh, hamba tau, itu sangat mudah bagiMu. Engkaulah sebaik-baik pemberi pertolongan.
"Kesulitan-kesulitan itu, sebenarnya, akan menguatkan hati, menghapuskan dosa, menhancurkan rasa ujub, dan menguburkan rasa sombong. Kesulitan2 itu, akan meluruhkan kelalaian, menyalakan lentera dzikir, menarik empati sesama, menjadi doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yg shalih, merupakan wujud ketundukan kepada tiran, merupakan sebuah penyerahan diri kepada Dzat Yang Esa, merupakan sebuah peringatan dini, sebuah upaya untuk menhidupkan dzikir, merupakan upaya untuk menjaga hati dengan bersabar, merupakan persiapan untuk menghadap Sang Tuan, dan sebuah sentilan untuk tidak cenderung pada dunia, merasa aman dan tenang dengannya. Kaena kelembutan yang tersembunyi itu jauh lebih besar, dosa yang ditutupi jauh lebih besar, dan kesalahan yang dimaafkan juga jauh lebih besar."(DR.Aidh Al Qarni_Laa Tahzan)
No comments:
Post a Comment