Wednesday, January 11, 2012

[41] Sprint for 08:00 am. Hurry Up!!!



Nafasku masih berkejaran setelah semenit lalu merasa menang menanggalkan jejak jempolku di mesin perekam itu. Hufft...selama dua bulan empat hari magang, rasanya baru kali ini terasa luar biasa berkejaran dengan waktu.
**
Hari ini seperti biasa, jam tujuh kurang lima belas menit aku keluar dari kosan, bareng dengan seorang temenku, Yogi. Sudah beberapa hari ini kami menjadi penghuni kloter terakhir yang meninggalkan kosan menuju ke tempat magang.
Di urutan pertama, jam enam seperempat, Yuli biasanya sudah bersiap melangkahkan kaki keluar pintu gerbang kosan yang selalu berderit keras saat dibuka. Berikutnya ada Tyas yang biasanya menyusul lima belas menit kemudian. Di urutan berikutnya ada Mbak Nad yang seringkali bermasalah dengan perutnya: crossing disaat  ia telah berpakaian rapi#Do you know crossing? silakan diartikan sendiri, hehe:D#. Walhasil ia harus keluar masuk toilet karena seringkali gagal memaksa 'sisa pencernaan'nya untuk keluar#haha..gak usah dibayangin yak#. Oke...berikutnya ada Mega dan Meli. Meskipun agak siang tapi biasanya ia berangkat lebih dulu dari kami, kecuali akhir2 ini karena mereka berboncengan motor. Butuh lebih sedikit waktu daripada naik busway.
Kulirik jam digital di ponselku, 06:52. Artinya tersisa 8 menit bagi kami untuk mendapatkan tiket busway Rp2000. Jam tujuh kurang dua menit kami sampai di tangga naik shelter. Kupercepat langkah, dan akhirnya sampai di depan kasir, kusodorkan lembaran merah sepuluh ribuan. Aha!...kembalian 8000 rupiah kuterima, dan segera mengantri di belakang calon penumpang lain yang jumlahnya lebih banyak dari biasanya. Sebenarnya bukan masalah selisih 1500 yang harus kubayar ketika lewat jam tujuh, tapi sensasi ketika satu menit dari masa kritis berhasil mendapatkan tiket harga 2000, menurutku adalah sesuatu yang menyenangkan.
Beberapa menit kemudian, Transjakarta jurusan PGC-Harmoni berhenti di depan pintu. Kami memilih menunggu bus jurusan Ancol yang biasanya muncul jam tujuh lewat beberapa menit. Benar saja, kira2 jam tujuh lewat delapan menit bus yang ditunggu muncul. Tapi sayang, space yang tersisa tak memungkinkan kami berdua masuk, apalagi orang yang mengantri di depan kami cukup banyak. Kami harap-harap cemas karena sudah lewat 20 menit dari jam tujuh dan kami masih berdiri menanti. Akhirnya kami menyerah, naik jurusan Kampung Melayu. Kejadian kemarin lusa bisa jadi terulang lagi jika bus yang kami tunggu tak kunjung datang. Kami bertekad tidak akan terlambat fatal untuk yang kedua kalinya. Akhirnya jam tujuh lewat dua enam kami terangkut. Masih ada harapan, pikir kami. Sepanjang perjalanan kami habiskan dengan bercerita ringan, tentang bagaimana susahnya belajar seni karawitan selama tiga tahun di SMA-nya, yang mungkin sekarang hampir terlupakan, tentang bagaimana terjadinya awal reformasi seni musik di SMA-ku, yang sampai saat ini begitu membekas di memoriku dan mungkin di memori teman2 seangkatanku, hingga tentang kemungkinan kehidupan di daerah setelah penempatan nanti.
Tak terasa bus yang kami tumpangi hampir sampai di shelter Senen. Lampu merah menyapa. Cukup lama, hampir seperti lamanya lampu merah di Matraman, yang kata temenku jika mnyebrang di situ bisa sambil guling2, hehe..
Kulirik jam tanganku. Delapan kurang sembilan menit. Woow...!Serta merta beberapa orang yang turun di shelter Budi Utomo langsung ambil langkah cepat, termasuk kami. Sembilan menit lagi! Di depanku ada dua orang, temenku Yogi, dan satu lagi mas2 tak kutau namanya yang juga bekerja di BPS, yang sama2 memburu waktu. Di belakangku ada Ulin, kondisinya tak jauh beda. Awalnya kami semua berjalan cepat dan sesekali berlari kecil. Aku mengejar Yogi yang sudah mendahuluiku, kusalip mas yang ada di depanku dengan sedikit berlari. Ulin juga tiba2 berada di sampingku. Sebentar kemudian Mbak Adiba-yang bareng sejak di shelter pertama-menyalip dengan berlari lebih kencang. Hehe..kami semua sudah seperti peserta lomba lari tingkat desa, yang berusaha menjadi pemenang. Tanpa melihat jam, kami semua terus berlari lebih cepat, mas2 yang kusalip tadi akhirnya bisa mendahuluiku, aku dan Yogi berubah menjadi dua terbelakang. Bisa dimaklumi karena kami berdua pake rok. Hehe..sebenernya aku agak malu, tapi yasudahlah...kondisi saat ini memaksaku untuk berlari. Mendekati kantor kupercepat langkah kakiku, berharap jangan sampai lewat satu menit-pun dari jam delapan. Bersyukur tempat absen cukup sepi, artinya kami berdua tak harus mengantri di masa kritis ini. Dengan lincah jariku menekan tombol2 angka di mesin finger print yang terletak di sudut ruangan salah satu gedung kantor. Daan....07:57 am!! Alhamdulillah...aksi lomba lari kami tidak sia2, masih tersisa tiga menit dari waktu kritis. Honor magang kami hari ini tidak akan dipotong karena terlambat:). Sebagai ganti, kami harus pulang 27 menit lewat dari waktu biasanya. Hmm...just enjoy it.
Mungkin ini menjadi pelajaran buat kami agar besok lebih bisa mengatur strategi.
_NH
Jakarta, 13:15

No comments:

Post a Comment