Remaja merupakan generasi penerus yang akan membawa tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini. Bicara tentang remaja, rasanya tidak bisa lepas dari berbagai masalah yang menyertainya. Tawuran, narkoba, sex bebas, merupakan beberapa dari banyak hal yang seharusnya menjadi keprihatinan kita pada dunia remaja.
Remaja adalah sosok yang memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Keinginannya untuk berekspresi begitu tinggi. Kalau ekspresi tersebut dalam hal yang baik, seperti prestasi sekolah, bersosialisasi dalam organisasi kemasyarakatan, tentu sah-sah saja, malah perlu kita berikan dorongan. Tetapi repotnya adalah, remaja saat ini sering salah dalam mengartikan kebebasan berekspresi. Mereka menganggap bahwa sex bebas diluar nikah adalah sesuatu yang lazim, sesuatu yang patut dicoba, terlebih lagi bagi remaja yang terikat dengan status “pacaran”. Mengapa hal tersebut (hubungan sex di luar nikah) begitu marak terjadi?
Faktor pertama yang menurut saya menjadi pemicu adalah kurangnya kontrol dan komunikasi dari orang tua atau keluarga. Rasa tidak nyaman berada dalam keluarga karena kurangnya komunikasi akan memicu seorang remaja untuk mencari sesuatu yang Ia inginkan di luar rumah. Berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksualitas, keluarga seharusnya menjadi tempat pertama bagi remaja untuk memperoleh informasi yang benar tentang hal tersebut. Jika tidak, para remaja akan mencari sendiri dari sumber lain. Dengan kemajuan teknologi dan arus informasi, seseorang akan dengan mudahnya mengakses hal-hal yang berbau porno melalui TV, VCD, koran dan majalah, internet, bahkan lewat handphone. Sehebat apapun pengaruh dari luar, jika dari dalam individu seorang remaja itu sendiri memiliki pertahanan yang kuat, tentunya Ia tidak akan sampai terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Dan di sinilah orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama, peran yang pertama dan utama.
Faktor kedua adalah lingkungan pergaulan/teman. Dengan siapa seseorang bergaul sedikit banyak akan berpengaruh terhadap bagaimana perilakunya. Remaja biasanya merasa risih jika harus menyampaikan masalah reproduksi/seksualnya kepada orang tua, mereka lebih nyaman bercerita hal tersebut dengan temannya. Hal ini mungkin karena tidak terjalinnya komunikasi yang baik antara remaja dengan orang tua, sehingga timbul rasa tidak percaya dalam diri remaja tersebut. Dalam sebuah komunitas pergaulan, seorang remaja biasanya akan terdorong untuk melakukan apa yang dilakukan oleh komunitasnya, mekipun Ia tahu hal tersebut tidak benar. Tidak sedikit kita dengar bahwa seseorang melakukan perbuatan zina dan hal-hal lain yang dilarang karena terpengaruh ajakan dan ejekan dari teman sepergaulannya. Contohnya, seorang remaja yang belum pernah merokok dibilang norak/kampungan, orang yang belum pernah ciuman dikatakan ketinggalan jaman, yang belum pernah berhubungan sex dicap cupu, dsb. Di sinilah bahayanya, teman sepergaulan tidak menjamin seseorang memperoleh informasi yang tepat tentang masalah reproduksi dan seksual, justru jika salah memilih teman, seorang remaja akan ikut terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang.
Faktor selanjutnya adalah berasal dari lingkungan sekolah. Sekolah sebagai madrasah kedua setelah keluarga memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam membentuk karakter remaja yang beretika. Pendidikan mengenai kesehatan reproduksi seharusnya diberikan kepada seluruh siswa dengan cara yang tepat, tidak mengundang rasa penasaran pada diri remaja, serta tetap menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan.
Selanjutnya adalah lemahnya peran masyarakat serta pemerintah. Peran di sini dapat berupa control dari masyarakat atau berupa kebijakan yang kurang tepat dari pemerintah. Sebagai contoh, kebijakan pemerintah untuk mencegah semakin maraknya seks bebas adalah dengan membagi-bagikan kondom gratis. Yang terjadi adalah, bukannya makin mereda tetapi malah praktek seks bebas oleh remaja semakin menjadi-jadi.
Intinya, semua pihak sebenarnya harus turut bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada remaja saat ini. Yang penting adalah jangan sampai memberikan sesuatu yang justru semakin membuat moral remaja semakin terdegradasi. Dengan langkah bersama dan tekad yang kuat, saya yakin sedikit demi sedikit kita akan dapat memperbaiki kondisi yang makin terpuruk ini.